Badarmenyukai liburan musim panas. Itu lama sekali; tiga bulan. Badar akan pergi bersama keluarganya ketika liburan ke Ethiopia, keluarga itu akan berlibur di sana selama sebulan, kemudian pergi ke Syiria, dan berlibur di Syiria selama sebulan juga. 2 comments for "3 Cerita Bahasa Arab tentang Liburan dan Artinya" Ridhwan November 14, 2018
SyachzidanMahadi Dwi Kusuma, Cerpen "Liburan ke jogja" By FnAzer. April 12, 2016 Nama : Syachzidan Mahadi Dwi Kusuma. Kelas : X iis 3. Assalammualaikum gue Zidan Mahadi, gue pengen cerita pendek, gue pengen ceritain selama perjalanan dan liburan gue dijogja.
ContohCerita Liburan ke Yogyakarta dalam Bahasa Inggris; Contoh dan arti karangan cerita tentang cerita liburan ke pantai bersam keluarga dalam bahasa Inggris dan terjemahannya : Kuta Bali Beach. In the holiday season yesterday, my family and I vacationed at Kuta beach, Bali. We depart from Jakarta by plane for about 3 hours drive.
Fast Money. April 16, 2023 Pendidikan 2 Views Pengenalan Hello Sobat Ilyas, siapa yang tidak suka liburan? Setiap orang pastinya suka liburan, apalagi liburan yang menyenangkan dan penuh pengalaman. Ada banyak sekali tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi untuk memperkaya pengalaman liburan kita. Dalam artikel ini, saya akan berbagi cerita tentang pengalaman liburan saya yang tak terlupakan. Yuk, simak cerita saya! Destinasi Pertama Bali Liburan pertama saya adalah ke Bali. Bali merupakan destinasi wisata yang paling populer di Indonesia. Saya dan keluarga mengunjungi beberapa tempat seperti Pantai Kuta, Tanah Lot, dan Pura Besakih. Kami juga mengunjungi Desa Kuta yang terkenal dengan seni lukisnya. Selain itu, kami juga mencicipi kuliner khas Bali seperti babi guling dan nasi campur. Pengalaman liburan pertama saya di Bali benar-benar menyenangkan dan tak terlupakan. Destinasi Kedua Lombok Setelah puas berlibur di Bali, kami melanjutkan perjalanan ke Lombok. Lombok juga menyimpan banyak destinasi wisata yang menarik seperti Pantai Senggigi, Gunung Rinjani, dan Gili Trawangan. Kami memilih untuk mengunjungi Gili Trawangan yang terkenal dengan pantainya yang indah dan jernih. Kami juga melakukan snorkeling dan menyaksikan keindahan bawah laut yang memukau. Pengalaman liburan di Lombok juga sangat berkesan dan membuat kami ingin kembali lagi ke sana. Destinasi Ketiga Jogja Selanjutnya, kami memutuskan untuk mengunjungi Jogja. Jogja merupakan daerah yang kaya akan budaya dan sejarah. Kami mengunjungi Keraton Yogyakarta, Candi Prambanan, dan Candi Borobudur. Kami juga mencoba kuliner khas Jogja seperti gudeg dan bakpia. Pengalaman liburan di Jogja sangat berbeda dengan pengalaman liburan di Bali dan Lombok. Kami dapat mempelajari sejarah dan budaya Indonesia yang kaya melalui kunjungan kami di Jogja. Kesimpulan Itulah cerita singkat tentang pengalaman liburan saya yang tak terlupakan. Dari Bali, Lombok, hingga Jogja, setiap tempat memiliki keunikan dan keindahan yang berbeda-beda. Liburan bukan hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga tentang memperkaya pengetahuan dan pengalaman kita. Bagaimana dengan kalian, Sobat Ilyas? Apa pengalaman liburan yang paling berkesan bagi kalian? Jangan lupa untuk berbagi cerita kalian di kolom komentar ya! Sampai jumpa lagi di artikel menarik lainnya.
Cerpen Karangan Muhammad Rahmanuddin Dinejad, SMPN 1 PuriKategori Cerpen Budaya, Cerpen Liburan, Cerpen Pengalaman Pribadi Lolos moderasi pada 21 January 2023 Pada hari sabtu aku pergi ke sekolah seperti biasa. Setalah pulang sekolah tiba-tiba ibuku memberitahuku bahwa besok minggu aku dan keluargaku akan pergi liburan ke Yogyakarta. Setelah tahu kabar tersebut aku pun sangat senang. “Bu, besok berangkat ke Yogyakarta jam berapa?” kataku. “Besok berangkat jam setengah 4 pagi pagi nak,” kata ibuku. “Berangkat ke Yogyakarta naik apa bu?” kataku. “Kita akan naik kereta. Ibu juga gak sabar dengan liburan kita besok,” kata ibuku. Keesokan harinya aku dan keluargaku bangun pukul 0300 pagi dan sholat subuh bergantian di rumah. Setelah sholat aku dan keluargaku bersiap-siap untuk berangkat. Aku dan keluargaku berangkat ke stasiun dengan menggunakan mobil. “Bu, kita tiba di stasiun pukul jam berapa?” kataku. “Kita tiba di stasiun kira-kira pukul 0400 pagi kalau tidak terjadi kemacetan,” kata ibuku. “Kereta tiba pukul jam berapa bu?” kataku. “Kereta tiba pukul 0500 nak,” kata ibuku. Hal tak terduga pun terjadi, ternyata jalanannya macet. Aku pun menunggu kemacetan tersebut dengan santai dan berharap sampai di stasiun tepat waktu. Setelah kemacetan berhasil terlewati, kami sampai di stasiun pukul 0419. Kami pun menunggu kereta sambil sarapan di restoran terdekat. “Mau sarapan menu apa nak?” kata ibuku. “Gimana kalau kita sarapan soto aja bu,” kataku. “Oke kita sarapan soto aja, pagi-pagi begini memang enaknya sarapan soto,” kata ibuku. “Iya bu,” kataku. Setelah kami sarapan, kami pun menunggu di stasiun pukul 0450. Kereta pun sampai, aku dan keluargaku bersiap-siap dan segera masuk ke kereta. Di kereta kami dapat tempat duduk yang bagus. Aku pun menikmati pemandangan di samping kaca kereta. “Woow, begini rasanya naik kereta ya bu,” kataku. “Iya, seperti naik mobil yang cepat,” kata ibuku. “Pemandangannya indah sekali,” kata adikku. “Iya,” kataku. Kereta pun sampai di Yogyakarta sekitar pukul 1200 siang. Setelah sampai di stasiun Yogyakarta, kami naik taksi menuju hotel. Kami menaruh barang-barang di hotel dan istirahat sebentar karena sangat lelah dari perjalanan tersebut. “Setelah istirahat kita mau ke candi apa bu?” kataku. “Kita mau ke candi Prambanan dan candi?, tebak candi apa coba,” kata ibuku. “Candi Borobudur?” kataku. “Ya itu benar sekali,” kata ibuku. “Berangkat jam berapa ke candi tersebut bu?” kataku. “Kita berangkat jam 2 nak,” kata ibuku. Selesai istirahat kami pun makan siang di hotel. Setelah makan siang aku dan keluargaku mandi dan bersiap-siap berangkat wisata ke candi-candi tersebut yaitu candi Prambanan dan candi Borobudur. Pertama kami pergi ke candi Borobudur, di sana kami tiba pukul 1454. Di sana kami berfoto bersama dan menikmati pemandangan tersebut. Setelah berfoto kami pun ke tempat istirahat. Kemudian aku bertemu seseorang yang sedang duduk di sekitar candi Borobudur. Orang tersebut bernama Joko. Aku pun bertanya kepada orang tersebut. “Halo pak selamat sore,” kataku. “Sore juga, ada apa ya,” kata Pak Joko. “Saya mau bertanya pak, candi Borobudur ini candi apa ya pak?” kataku. “Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.” kata Pak Joko. “Apa tujuan candi ini dibangun pak?” kataku. “Jadi begini, Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Nah begitu” kata Pak Joko. “Oo… sekarang saya mengerti, terimakasih pak katas informasinya,” kataku. “Iya nak sama-sama,” kata Pak Joko. Setelah bertanya aku pun langsung kembali ke tempat istirahat. Kemudian kami melanjutkan wisata ke candi Prambanan. Di sana kami tiba pukul 1627. Prambanan terdiri dari 3 Candi Trimurti yaitu candi Siwa, Wisnu, dan Brahma. Pertama kami pergi ke candi Siwa. Di candi tersebut kami berfoto dan menikmati pemandangan tersebut. Kemudian ke candi Wisnu dan candi Brahma. Setelah ke candi-candi tersebut, kami mempir ke toko terdekat. Kami membeli beberapa oleh-oleh dan souvenir di toko tersebut. Kemudian ayahku penasaran dan bertanya ke seseorang yang mengerti tentang candi-candi tersebut. “Selamat Sore pak,” kata ayahku. “Iya pak, ada yang bisa saya bantu?” kata orang tersebut. “Jadi begini, saya mau bertanya tentang nama asli candi prambanan dan maksud dari 3 candi Trimurti?” kata ayahku. “Oke pak saya jelaskan, nama asli candi prambanan ini adalah candi Siwagrha dan maksud dari 3 candi Trimurti adalah Candi Prambanan ini dipersembahkan untuk tiga dewa utama Hindu yaitu dewa Brahma sebagai dewa pencipta, dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan dewa Siwa sebagai dewa pemusnah. Begitu pak,” kata orang tersebut. “Ooo.. pantas tadi saya melihat orang yang sedang beribadah di tempat tersebut,” kata ayahku. “Ya sudah pak terima kasih atas informasinya, saya permisi dulu pak,” kata ayahku. “Ya pak, hati-hati di jalan pak,” kata orang tersebut. “Ya pak,” kata ayahku. Setelah ke candi-candi tersebut aku dan keluargaku pulang ke hotel. Kami pulang naik taksi dan sampai di hotel pukul 1803. Kami beristirahat sebentar dan mandi. Lalu kami sholat maghrib bersama-sama di masjid sekitar hotel. Setelah sholat kami kembali ke hotel dan bersiap-siap. “Selanjutnya kita kemana bu?” kataku. “Kita mau jalan-jalan,” kata ibuku. “Jalan-jalan kemana bu malam-malam begini?” kataku. “Jalan-jalan ke Alun-Alun Kidul Yogyakarta,” kata ibuku. “Berangkat pukul berapa bu?” kataku. “Kita berangkat pukul 1930” kata ibuku. Sebelum kami berangkat ke Alun-Alun Kidul, kami sholat Isya’ terlebih dahulu. Setelah sholat kami pun berangkat ke alun-alun tersebut naik becak karena dekat. Di sana terdapat banyak sekali mobil-mobil gowes. Aku dan keluargaku menikamti pemandangan tersebut sambil makan malam di restoran terdekat. Selesai makan malam kami kembali ke hotel naik kendaraan yang sama. Sampainya di hotel kami segera berkemas dan pergi ke stasiun untuk pulang ke rumah. Kami naik taksi menuju stasiun kereta. “Keretanya sampai pukul berapa bu?” kataku. “Kereta sampai pukul 2200,” kata ibuku. Aku dan keluargaku sampai di stasiun pukul 2130. Dan kami pun menunggu kereta datang sambil makan makanan ringan. Setelah kereta sampai aku dan keluargaku masuk ke kereta. Karena terlalu lelah akhirnya kami tertidur di kereta. Ketika kereta hampir sampai di stasiun ibuku membangunkan kita. “Nak bangun kita mau sampai,” kata ibuku. “Hhaaa… Iya bu,” kataku. “Yah, kita mau sampai, bangun,” kata ibuku. “Sekarang jam berapa bu?” kata ayahku. “Sekarang jam 5 pagi yah,” kata ayahku. Setelah perjalanan yang sangat lama sekitar 7 jam, akhirnya kami sampai di stasiun. Kami pun naik mobil dan segera pulang karena hari ini adalah hari senin. Kami sampai di rumah pukul 0600. Meskipun aku harus sekolah di hari tersebut, aku sangat menikmati liburan tersebut. Cerpen Karangan Muhammad Rahmanuddin Dinejad, SMPN 1 Puri Blog / Facebook rahmanuddindinejad / Rahmanuddin Dinejad SMPN 1 Puri Cerpen Yogyakarta merupakan cerita pendek karangan Muhammad Rahmanuddin Dinejad, SMPN 1 Puri, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Akhir Liburan Kelas 7 di Anyer Oleh Elisa Huaamm… Matahari bersinar terang pagi ini, aku harus bangun karena hari ini aku mau pergi bersama sekolahku ke anyer, bersama teman-teman ku kami semua menaiki bus yang telah disiapkan Berantem Sama Teman Waktu SD Oleh Shandi Dwipermana Yang saya mau bagi cerita ini adalah kisah nyata. jadi, waktu itu saya masih kelas 6 SD tahun ajaran 2012/2013 dan hari itu saya sedang sakit demam tapi karena Siti Nurbaya Hidup Lagi Oleh Miga Imaniyati 40 tahun yang lalu, ada gadis bernama Siti. Nama panjangnya Marsiti. Satu kata saja. Menurutnya, dia rupawan. Dan itu memang benar. Dia kembang desa. Banyak orang terpesona dengan wajahnya Harus Berbohong Oleh Sofia Dimulai dari mimpiku ingin menjadi seorang paskibraka tingkat kabupaten, aku mengenal dia. Ehemm sebelumnya perkenalkan namaku Sofia baru naik kelas 2 SMA aku termasuk pendiam saat berada di terlalu Hujan, Laut dan Kenangan itu Oleh Nurus Sa'adah Malam yang dingin. Kutengadahkan wajahku ke atas. Menatap langit, sepertinya langit masih berselimut mendung. Teras rumah juga masih basah. Tadi sore hujan turun lagi, sepertinya akhir-akhir ini hujan seringkali “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
Cerpen Karangan Rinda Dwi Septianingsih, SMPN 1 PuriKategori Cerpen Liburan, Cerpen Petualangan, Cerpen Remaja Lolos moderasi pada 8 January 2023 Waktu dulu sekolahanku mengadakan liburan ke Yogyakarta, saat itu belum ada pandemi CORONA. Pada saat itu, aku dan teman-temanku merasa senang kita semua membicarakan tentang persiapan untuk kesana. “Ah aku tidak sabar bagaimana kalau kita disana,” kata Widia. “Sama aku juga tidak sabar,” kata Sufi. “Nanti kalian tempat duduknya jangan misah ya,” kataku. “Pasti itu, nanti aku tempat duduknya sama kamu ya,” kata Dinar. “Iya, kalau kalian sama siapa aja,” kataku. “Kalau aku sama si Sufi, iya gak Fi,” Kata Widia. “Aku si iya aja,” kata Sufi. “Oh iya pembagian kelompoknya gimana,” kataku. “Kita tanya Bu Desi aja yuk,” kata Dinar. “Oke,” kataku. Beberapa menit kemudian “Kata Bu Desi terserah yang penting isi kelompoknya ada 7 orang,” kata Dinar. “Oke, tinggal 1 orang aja,” kataku. “Siapa yang gak kebagian kelompok,” lanjutku. “Aku,” kata Fia. “Kamu mau gak kelompokan sama kita,” kata Sufi. “Iya daripada aku gak ada kelompok,” kata Fia. “Oke deal ya,” kataku. “Iya deal,” kata mereka kompak. Pagi harinya semua murid kumpul di lapangan, semua baris dengan rapi dan bapak ibu guru yang ikut pun memberi arahan kegiatan disana dari berangkat sampai pulang. “Ayo kita foto dulu sebelum berangkat,” kata Widia yang sekelompok dengan ku. “Ayok,” kompak kita berlima. “Ayo Dinar kita masuk bus,” kataku. “Iya,” kata Dinar. “Kita duduk dimana ya enaknya,” kataku. “Kursi yang ke tiga aja gimana,” kata Dinar. “Ayo,” kataku. “Oh ya kamu bawa apa aja,” lanjutku. “Banyak hehe,” kata Dinar sambil memperlihatkan deretan giginya. Di sepanjang jalan aku menikmati jalanan sambil berbicara dan bercanda dengan anak-anak lainnya. Pada saat itu, aku merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena kebersamaan ini. Dipertengahan jalan aku merasa kantuk dan bosan temen-temanku pada tidur, ada juga yang bermain ponsel. Pada akhirnya aku memilih tidur sama dengan mereka walaupun aku merasa tak nyaman. Sampai akhirnya sampai di tujuan pertama kita, yaitu Candi Prambanan. “Heii, bangun,” kata Dinar yang membangunkanku. “Ada apa sih nar,” kataku. “Kita udah sampai di candi,” kata Dinar. “Hah,” kataku. “Kita udah sampai di candi,” kesel Dinar. “Oh udah sampai,” kataku. “Yaudah yuk kita turun, yang lain udah pada turun,” kata Dinar. “Iya, sebentar,” kataku. Waktu aku turun ternyata tempatnya masih sepi. Guru-guru mengarakan kita untuk masuk dengan perkelompok dan setiap kelompok ada guru yang mendampingi. “Ayok kita masuk,” kata Sufi. “Tunggu bu Desi dulu,” kataku. “Ayok gaes, ini kelompoknya udah lengkap kan kita masuknya yang rapi ya,” kata bu Desi yang menjadi guru pendamping kelompokku. “Udah bu,” kata kita bebarengan. “Jangan lupa nanti foto ya,” kata Fitri. “Kalau itu sih jangan sampai kelewatan, iya gak gaes,” kata Widia. “Iya dong,” kata Sufi. Kita berjalan beriringan sambil memutari candi. Dan kita melihat orang-orang yang berkerumun, yang tadinya sepi menjadi ramai. Aku penasaran dengan apa yang terjadi, hingga akhirnya aku dan teman-teman yang lain mendekati kerumunan. Ternyata di sana ada keluarga Anang Hermansyah yang sedang dikerumun oleh orang-orang. Teman-temanku yang laki-laki menghampiri kerumunan tersebut. Aku hanya diam mengamati mereka tetapi, ada tangan yang menyeretku menghampiri kerumunan tersebut. “Heii, kamu ingin membawaku kemana,” kataku. “Aku ingin membawamu kesana, aku penasaran sekali bagaimana family Hermansyah,” kata Fitri. “Hm terserah,” kataku. “Hei ke mari kita ingin foto, kamu ikut foto gak,” kata Sufi. “Eh tunggu, aku juga mau ikut foto,” kata Fitri. “Ayo foto bertujuh,” kata Dinar. Setelah semua foto-foto kita semua berkeliling ke tempat tempat lain yang bagus untuk berfoto. Kemudian guru-guru menyuruh berkumpul untuk kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan. Setelah itu, semuanya mengecek teman disampingnya apakah ada yang ketinggalan atau tidak. Setelah semuanya sudah siap bus melanjutkan perjalanan. Tempat yang dituju pun sampai yaitu Malioboro tempat yang begitu ramai. Semuanya turun dan dipandu oleh guru yang mendampingi disetiap kelompok. Guruku memerintahkan agar kita semua menunggu diluar. Tetapi tidak dengan kelompokku, kelompokku justru mengikuti arahan guru kelompok lain. Kita ditarik oleh seorang bapak-bapak becak, dan kita pun mengikuti si bapak tersebut. “Eh kita nggak nunggu yang lain,” kataku. “Itu semuanya udah pada berangkat,” kata Widia. “Yaudah deh,” kataku. “Emm kita muat nggak, ini kita berempat becaknya kan kecil,” kata Sufi. “Kayaknya sih muat kamu aku pangku mau nggak,” kataku. “Mau mau,” kata Sufi. “Ya udah yuk naik keburu ketinggalan yang lain,” kata Widia. “Ini udah siap kan,” kata si bapak becak. “Siap pak,” seru kita. “Nak ini kita lewat jalan pintas aja ya soalnya kalau lewat jalan besar ramai,” kata si bapak becak. “Iya terserah bapak,” kata Dinar. “Em perasaanku kok nggak enak ya,” kataku. “Mungkin itu cuma perasaanmu aja kali,” kata Widia. “Mungkin,” kataku. “Udah nggak usah dipikirin kita happy-happy aja,” kata Dinar. “Iya,” kataku. Entah hanya perasaanku saja atau gimana yang jelas aku merasa ada yang aneh. Sebab, dari tadi jalanannya sepi dan kita nggak sampai-sampai hanya keliling saja. Akhirnya aku memberanikan untuk tanya pada si bapak. “Maaf pak, kok dari tadi nggak sampai-sampai ya. Apa masih lama ya perjalanannya?” kataku. “Sebentar lagi juga sampai nduk,” kata si bapak becak. Kita hanya mengikuti si bapak karena kita juga baru pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. Aku mencoba untuk terus berfikir positif, hingga akhirnya kita melewati jalanan yang lebih besar dari sebelumnya. Dan tiba-tiba turun hujan yang membuat kita panik, untung saja hujannya tidak deras sehingga kita meneduh di toko bak pia. “kalau kalian ingin membeli bak pia silakan,” kata si bapak becak. “Iya pak, kalian beli gak,” kataku. “Iya deh buat ganjal perut,” kata Sufi. “Yaudah tunggu apa lagi, ayo masuk,” kata Dinar. “Enaknya rasa apa ya? Menurut kalian,” kata Widia. “Terserah kamu, kan kamu yang makan ,“ kataku. “Iya juga sih, nanti kalau gak cocok rasanya aku yang repot,” kata Widia. Setelah membeli makanan tersebut kita menuju bapak becak. Tetapi tidak ada bapak becaknya, kita kelimpungan apalagi tidak ada becak yang lain. Sungguh kita panik bukan main disaat seperti ini. Hujan pun belum reda. Akhirnya kita memutuskan untuk mencari becak dengan menerobos hujan. Malam begitu dingin dan menakutkan apalagi kita hanya berempat cewek semua. Hingga akhirnya kita meneduh sambil menunggu tukang becak lewat. Lama kita menunggu sampai akhirnya ada bapak-bapak becak yang mendorong becaknya. “Gaes ada tukang becak,” kataku. “Hah mana,” kata Sufi. “Itu loh,” kataku. “Pakk pakk,” kata kita sambil melambaikan tangan. Bapak tersebut pun mengahampiri kita “Ada apa ya nduk,” tanya bapak tersebut. “Pak boleh gak kita naik becak bapak,” kataku. “Boleh-boleh aja neng, tapi roda becaknya bocor, jadi maaf ya ning,” kata bapak tersebut. “Iya pak gak papa,” kata kita “Emangnya kalian mau kemana,” kata bapak becak tersebut. “Kita mau ke Malioboro pak cuma tadi kita ditinggalin sama bapak becak,” kataku. “Oala nduk yang sabar,” kata bapak becak. “iya pak, makasih,” kata kita. “Yaudah bapak pulang ya,” kata bapak tersebut. “Iya pak, hati-hati,” kata ku. “Iya, kalian juga ya,” kata bapak tersebut. “Terus gimana nasib kita,” kata Dinar. “Gak ada pilihan lain, kita balik ke terminal aja ini juga udah malam banget,” kataku. “Jadi kita gak ke malioboro,” kata Sufi dengan sedih. “Iya daripada kita lanjut jalan, kita kan gak tau arah jalannya,” kataku. “Yaudah deh lagian juga deket dari terminal,” kata Widia. “Yaudah deh,” kata Sufi. Akhirnya kita memilih untuk kembali ke terminal bus tadi. Setelah sampai terminal kita mencari bus yang kita tumpangi tadi. Kita bingung karena tidak menemukan bus tersebut banyak sekali bus yang hampir sama. Tapi kita tidak menyerah untuk terus mencari keberadaan bus tersebut. Lama mencari sampai akhirnya kita menemukan bus yang kita cari. Pertama kita masuk bus tersebut dikagetkan dengan 2 orang, siapa lagi pelakunya kalau bukan teman kita sendiri. “Ehh,” kata kita. “Kamu kok bisa disini,” kataku. “Ini si Satria laper jadi kita tadi gak ikut,” kata Devan. “Oh,” kataku. “Kalau kamu sendiri kok kesini,” kata Devan. “Ceritanya panjang,” kataku. “Oh iya siapa yang bawa hp,” lanjutku. “Hp ku batrainya habis,” kata Dinar. “Yang lain,” kataku. “Aku ada,” kata Sufi. “Coba kamu telpon Bu Desi,” kataku. “Sebentar aku cek dulu,” kata Sufi. “Iya,” kataku. “Astaga hp ku mati dong,” kata Sufi. “Terus gimana,” kata Widia. “Kamu bawa powerbank,” kataku “Iya aku bawa,” kata Sufi. “Gimana bisa gak,” kata Widia. “Yess bisa nyala,” kata Sufi. “Di angkat gak,” kataku. “Belum, tapi nyambung kok,” kata Sufi “Di angkat, kalian diem dulu,” lanjut Sufi “Gimana,” kataku. “Kita disuruh ke BRI kiri jalan yang dekat lampu lalu lintas,” kata Sufi. “Sebentar aku laper gaes,” kata Widia. “Ya udah kamu makan bak pia tadi aja,” kataku. “Tunggu Widia dulu aja,” lanjutku. “Iya aku juga laper capek juga,” kata Dinar. “Kita makan sama-sama,” kata Widia. Setelah kita makan langsung turun dari bus mencari tukang becak yang ada di depan terminal. Kemudian kita menuju alamat yang tadi sudah di beritahukan tadi. Kita melihat dari arah jauh ada Bu Desi dan Bu Da’wa sedang hujan-hujanan di tengah-tengah jalan. Kita pun melambaikan tangan untuk memberi kode. Aku meminta kepada bapak becak untuk diturunkan di situ. Kita turun bersama dan disambut oleh sebuah pelukan dari guru-guru. Ditengah-tengah jalan kita berpelukan mengabaikan hujan yang begitu deras membasahi bumi. Malam itu sunyi tidak ada kendaraan hanya ada suara hujan dan tangisan. Cerpen Karangan Rinda Dwi Septianingsih, SMP 1 PURI Blog / Facebook Rinda Dwi1909 SMPN 1 PURI Cerpen Yogyakarta merupakan cerita pendek karangan Rinda Dwi Septianingsih, SMPN 1 Puri, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Hujan Kenangan Oleh Reny Rahma Yani Sore hari suasana di lingkungan SMA permata sudah tampak sepi. Tidak ada lagi siswa ataupun guru yang berlalu lalang di lantai 3 gedung sekolah ini. Semua sudah kembali ke Bujukan Oleh Shofa Nur Annisa Deas Sebagai seorang manusia kita diberikan pikiran dan hati dalam memilih. Terkadang kita memilih pilihan dengan hati dan terkadang kita memilih pilihan dengan pikiran. Tapi dari semua itu pilihan mana Angan Muda Oleh Rezatari Aku menatap lamat-lamat kerumunan pemuda yang semakin riuh itu dari ujung jembatan. Aku yakin, saat ini besit keraguan dicampur dengan ketakutan di wajahku amat nampak. Sudah lama setelah bel Orang Yang Beruntung Oleh Indah Rohmatin, SMPN 1 Puri Sinar matahari pagi yang menyinari belahan bumi ditambah dengan kicauan burung yang menyenangkan hati. di hari itulah tepat dimana awal tahun kujalani dengan suasana yang baru. Namaku chaira biasa 35 Hari Oleh Junavazuci Di balik balkon setinggi pinggang orang dewasa itu, Irene menyandarkan perutnya yang rata. Siswi kelas 3 itu berada di lantai dua SMA Pahlawan. Dia berkulit putih pucat, berambut panjang “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
cerpen tentang liburan ke yogyakarta